Table of contents

Rabu, 23 Maret 2011

Untuk CALON SUAMI Dunia Akhiratku..

Asssalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh...

Duhai calon pemilik tulang rusukku..
Aku akan segera hadir dalam dinginnya malam dengan hangatnya jiwa. Ku tunggu hingga Ijab Kabul terucap dari lisanmu. Aku akan menjaga dalam harumnya semerbak dalam jiwaku, menunggu hingga engkau menahkodai bahtera kita. Ku kan berhijab dengan sempurna dengan tak selalu mengikuti arah arus angin yang berhembus..

Duhai calon imam dalam solatku..
Aku kan selalu hadir dalam cintamu kepada Allah, dengan siap aku akan menghamparkan sajadah sebagai alas sujudmu, dengan hadirku sebagai makmum..Insya Allah akan menyempurnakan solat kita.
Dengan deru doamu seiring 'aamiin' dari lisanku..Dalam hening malam
air mataku ini tak henti ku titiskan bercahayakan munajat doa..

Duhai calon pemilik tangan gagah yang menolongku ketika aku terpuruk dan jatuh..
Lindungi aku dalam perjalanan hidup kita, ketika engkau terluka kan kubalut dengan cinta jiwa yang merona, menyembuhkan segala perih dalam jiwamu..

Duhai calon pengusap air mataku...
Sungguh engkau takkan rela calon bidadarimu ini menangis, usaplah lembut pipi kemerah-merahan ini agar tak menangis, dan kan kuhaluskan telapak kakimu dengan mencucikannya ketika engkau pulang dari berjihad..


Duhai calon ayah dari para mujahid-mujahidah kita...
Aku sebagai madrasah pertama sebagai sumber ilmu dari anak anak kita, kan kutanamkan ilmu agama agar mujahid mujahidah kita takut akan Rabbnya, santun pada kedua orang tuannya, menghormati orang-orang yang lebih tua. Akhlakul karimah yang baik kan kusisipkan dalam prilakunya semenjak kecil.

Duhai calon nahkoda yang kan membawa keluargaku ke syurga…
Mari kita hiasi rumah kita dengan cahaya-cahaya iman…



Temukan aku wahai calon imam dalam sujudku…
Aku menunggu lisan qabul darimu..
Yang menyambut ijab dari waliku..
Insya Allah, sedia menanti di sini..

 
..bismillahirrohmanirrohim,
“Betapa aku rindu…” kata Rasul kita tercinta, Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam “…untuk bertemu dengan kekasih-kekasihku”. Para sahabat bertanya, “Ya Rasul, bukankah kami adalah kekasih-kekasihmu?” Rasul pun menjawab, “Antum asyhabiy (kalian adalah sahabat-sahabatku), kekasih-kekasihku adalah yang datang setelah ini.”


Sobat, tidakkah indah untaian hadits itu, yang disampaikan Rasul kita tercinta, Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam, untuk kita semua? Beliau yang bersih hatinya itu, ternyata merindukan bertemu dengan kita semua. Beliau yang hatinya suci itu, ternyata mengharapkan kita, umatnya, bisa menyapa, mengiringi, dan menetap bersama disisinya, kelak di surga-Nya.
Sungguh, Beliau yang mulia, yang ma’shum itu senantiasa mendo’akan kita melalui syafa’atnya, berharap umatnya akan selamat dari siksa pedih jahannam, sampai2 pada waktui kita melewati sirathal mustaqim, Beliau tetap mendo’akan kita dan berharap pada Allah atas keselamatan kita, “Ya Allah selamatkan dia…ya Allah selamatkan dia”. Padahal Beliau belum pernah berjumpa dengan kita. Subhanallah.
Tapi sobat, apakah kita menyadari itu semua ???
Sobat, jujurlah. Setarakah kita dengan penghargaan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam di atas? Layakkah kita mendapat kesempatan bertemu dengan Rasul? Mungkinkah kita dapat bersua dengan Rasul di surga-Nya, sementara pada saat yang sama kita senantiasa menuruti hawa nafsu kita? Kita tiap shalat menyampaikan shalawat padanya. Mengaku sebagai kaum yang membenarkan kenabian dan risalah, ajaran yang disampaikannya, Islam. Tapi pada saat yang bersamaan kita pun dengan jumawa, menginjak-injak, melecehkan, menyepelekan, mengingkari, bahkan turut menghinakan ajaran dan tuntunannya?
Sobat, Rasul yang mulia dengan penuh harapan hendak menjumpai kita di jannah-Nya. Tapi kita enggan, malas, dan sombong, menampik harapan dan uluran tangan safa’atnya. Mengapa? Yuk kita renungkan bersama…, dan rubahlah sikap arogan kita dan menyambut harapan Rasul itu dengan gembira, dan benar2 menjadi kaum yang selalu dirindunya.
Bukan jarak dan masa yang menjadi ukuran, bukan bertemu wajah itu syarat untuk membuahkan cinta yang suci. Pengorbanan dan kesungguhan untuk mendambakan diri menjadi kekasih dari kekasih-Nya itu, diukur pada hati dan buktikan dengan kesungguhan beramal dengan Sunnahnya.
Pada kita yang bersungguh-sungguh ingin menjadi kekasih dari kakasih Allah itu, wajarlah kita untuk mengikis cinta-cinta yang lain, cinta yang merenggangkan hubungan hati kita dengan Rasulullah.
Sobat, mari kita berusaha sebaik-baiknya agar kita layak berdampingan dengan kekasih Allah yang mulia itu, dan kita mendapatkan syafa’atnya kelak. Semoga shalawat dan salam selalu tercurah pada baginda Rasulullah, Muhammad shalallahu ‘alailhi wasallam.., amin;
-wallahu’alam bishawab-
-yanrmhd-

Minggu, 20 Maret 2011

الحب

Ya Aziz……….
Jika Cinta Adalah Ketertawanan
Tawanlah Aku Dengan Cinta Kepada-Mu
Agar Tidak Ada Lagi Yang Dapat
Menawanku Selain Engkau

Ya Rohim……….
Jika Cinta Adalah Pengorbanan
Tumbuhkan Niat Dari Semua Pengorbananku
Semata-mata Tulus Untuk-Mu
Agar Aku Ikhlas Menerima Apapun Keputusan-Mu

Ya Robbii……….
Jika Rindu Adalah Rasa Sakit
Yang Tidak Menemukan Muaranya
Penuhilah Rasa Sakitku
Dengan Rindu Kepada-Mu
Dan Jadikan Kematianku Sebagai
Muara Pertemuanku Dengan-Mu
Ya Robbii……….
Jika Sayang Adalah Sesuatu Yang Mempesona
Ikatlah Aku Dengan Pesona-Mu
Agar Damai Senantiasa Kurasakan
Saat Terucap Syukurku Atas Nikmat Dari-Mu

Ya Alloh……….
Jika Kasih Adalah Kebahagiaan
Yang Tiada Bertepi
Tumbuhkan Kebahagiaan Dalam Hidupku
Di saat Kupersembahkan Sesuatu Untuk-Mu

Ya Alloh……….
Hatiku Hanya Cukup Untuk Satu Cinta
Jika Aku Tak Dapat Mengisinya Dengan Cinta Kepada-Mu
Kemanakah Wajahku Hendak Kusembunyikan Dari-Mu

Ya Ar-Rahman………
Dunia Yg Engkau Bentangkan Begitu Luas
Bagai Belantara Yg Tak Dapat Kutembus
Di Malam Yang Gelap Gulita
Agar Tidak Tersesat Dalam Menapakinya

Ya Ar-Rahhim…….
Berikan Alas Kaki Buat Hamba Agar Jalan Yg Kutapaki Terasa Nikmat
Meski Penuh Dengan Bebatuan Runcing & Duri Yang Tajam
Hamba Sadar Semua Ini Milikmu Dan Suatu Saat
Jika Kau Kehendaki Semuanya Akan Kembali Jua Kepada-Mu
Hamba pasrahkan kehidupan hamba kepada-Mu.

Kamis, 10 Maret 2011

Yang mengasyikan Di Dunia ini bukanlah dimana Kita Berada, melainkan ke mana kita menuju